Saturday, December 26, 2009

Sang Pemimpi



Selasa 24 Des 09 kemarin diajak temen-temen prodi komputer buat nonton sang pemimpi, sebenernya sich udah agak males karena udah mulai pagi hari kerja sampai hampir magrib. Tapi biar ngilangin rasa capek setelah kerja dan juga memikirkan tugas-tugas yang belum di selesaikan mungkin ini saatnya aq harus refresing diri, walaupun dengan konsekuensi kecapaian.
Jadwal nonton sich sebenernya udah liat di situsnya 21cineplex bahwa jadwal yang enak adalah ambil pukul 21.25, karena klo mau ambil jadwal yang 19.00 waktunya mempet dan gak bisa sholat isya secara tepat waktu. Secara pemilihan tempat tentunya di Galaxy Mall, karena paling deket, dan juga klo nomat harganya gak terlalu beda serta kualitas bioskop yang menurutku bagus.
Pas beli tiket sich agak kecewa karena dapat studio 2, udah ada insting gak enak mengenai studio 2, karena layarnya sempit (*gak wide screen gitu*) enggak seperti studio yang lain, atau emang mungkin karena film lokal indonesia jadi resolusinya gak wide screen (*sok tau dan analisa mode on*)
waktu film di putar adegan pertama adalah ketika bapaknya si Ikal bersepeda dengan menggunakan baju "kebanggaannya", kemudian di lanjutkan sesuai dengan di bukunya yaitu ikal dan array serta jibron di kejar-kejar oleh kepala sekolah. disini aq sempet kecewa karena tidak sesuai bayanganku ketika membaca versi bukunya , tapi emang ini lah kekurangannya dari buku di filmkan. Jika kita membaca buku kita bisa berimajinasi luas, namun ketika berubah menjadi film dan tidak sesuai dengan adegak yang ada di imajinasi kita maka langsung kita mengexpresikan kecewa.
beberapa penggambarang cerita menurutku sangat bagus di bandingkan dengan sekuel sebelumnya , yaitu laskar pelangi, namun ketika berada di tengah-tengah cerita aq mulai mengantuk, karena udah tidak ada jokenya dan gak ada alur cerita yang menarik.
untuk point yang paling aq tidak suka adalah kadang ekspresi begitu "lebay". seperti ketika pengambilan raport, tapi emang di bukunya juga agak lebay koq..hehe. serta point kedua yang tidak kusuka adalah masuknya tokoh ariel sebagai array dewasa. disitu ariel gak cocok banget dach... mungkin karena banyak fans nya biar tambah penonton (*tsuudon mode on*). pas ariel bicara pasti sudut kameranya di ambil dari belakang, hanya beberapa adegan saja ariel bicara di ambil sudut kamera dari depan, jadi sebel dach nontonnya. untuk point ketiga yang ku tidak suka adalah adanya beberapa adegan yang di ulang-ulang, sangat kelihatan sekali dach "perulangannya", yaitu saat ikal lari melihat ayahnya pulang setelah mengambil raport.
Secara keseluruhan sich menurutku film ini layak di tonton. klo misal di kasih rating nilah dari 0-10 tentunya saya kasih 8,5 lah... sebenernya bisa saya kasih 9, namun karena ada beberapa "pemaksaan" tokoh seperti ariel jadi mengurangi mood ku untuk menilai 9 hehe. bagi yang belum nonton dan mau nonton (*siapa tau belum nonton tapi emang gak mau nonton... *) silahkan nonton ke bioskop dah, atau cari DVD aslinya. Jangan bajakan yach soale karya anak bangsa yang patut di hargai, (*dari pada nonton film-film indo yang dengan cerita-cerita tema gak jelas dan mesum lagi*)

2 comments:

Kang Prof said...

Hanya adaa satu komen buat film Sang Pemimpi : membosankan

Cerita pada Sang Pemimpi (SP) sebenarnya cukup luas dan menarik, itu bisa dilihat dari novel SP yang menurut saya novel paling bagus di antara tetralogi Laskar Pelangi. Namun ternyata hal ini berbalik 180 derajat dengan versi the movie-nya. Alur dalam movie SP, terpatahtapah, sehingga ada kesan dipaksakan dan tidak continue alias melompat-lompat.

Bisa dibilang SP, seperti capture dari sebuah gambar yang dibuat film.

Ditambah lagi adanya narator yang terus-menurus berbicara disepanjang film. Kesannya jadi kaya biografi yang dibuat film (mending liat National Geographic Chanel aja).

Dalam SP, adegan-demi-adegan juga berkesan datar, tidak menggigit, tidak ada klimaks dan anti klimaks.
Contohnya, adegan saat Ikal merasa putus asa dengan cita-citanya. Seharusnya pada adegan ini lebih didramatisir, sehingga lebih mengaduk emosi penonton.
Persis seperti, saat Bu Muslimah yang ngedrop, saat ditinggal oleh Sang Kepala Sekolah dalam Laskar Pelangi.

Namun terepas dari itu semua, film ini masih jauh lebih baik daripada film Indonesia yang "hanya" mempertontonkan kemolekan tubuh wanita-wanita cekep.

Ya..., mending liat Sang Pemimpi daripada liat Air Terjun enganin ato malah Suster Keramas.

Btw... yang maen Suster Keramas tu Rin Sakuragi lho..., itu bintang film sekelas Maria Ozawa di Jepang...

Anonymous said...

kuwi bener sing comment sampean? jangan2 copas.. koq bahasane apik.. :D hehehe
rin sakuragi itu klo gak salah lebih terkenal di jepang... (*hasil baca di forum-forum)